Tentang Malas
Teks ini mungkin akan menjadi sequel novel Kacang polong idenya seperti berikut :
Malas adalah sebuah dosa, bila kaitkan dengan apa yang diajukan oleh Marx bahwa methode untuk mencintai hidup adalah mencintai pekerjaan, yang berarti kemalasan adalah sikap tidak mensukuri hidup atau sebuah sikap tidak mencintai hidup.
Tanah memuliakan dirinya dengan kerja, kerja merupakan sebuah proses untuk merubah nilai yang bersifat transenden menjadi sebuah komoditas yang lebih bersifat materialistik. Kekuasaan mungkin juga berarti bahwa menguasai tanah yang luas, dia memiliki kuasa untuk mengakses apa yang disebut sebagai modal (kapital) dalam kasus ini tanah, tapi tanah hanya bisa dimuliakan oleh kerja bukan dengan emas. Bekerja berarti memuliakan tanah tersebut.
Tanah memang bisa dimuliakan dengan kerja tapi juga bisa direndahkan dengan libido, malas adalah efek dari libido pada tabiat manusia (Imam Gozali Ikhya Ulumudin). Sekalipun libido tidak sekedar hasrat untuk bersenggama, tapi juga hasrat yang tidak perlu dari dalam manusia yang menimbulkan kerusakan seperti halnya kemasalan. Dengan modal seorang bisa dengan mudah membeli dan menjual tanah untuk memperoleh keuntungan, tapi tanah bukan dimuliakan dengan emas, dan kemuliaan tidak dapat diukur dengan emas, tanah hanya bisa dimuliakan dengan kerja. Kerja yang akan terus memberikan kehidupan bagi umat manusia, untuk tetap tumbuh, belajar, bekerja, dan yang pasti untuk tetap mencintai hidup.
Malas adalah sebuah sikap apatisme terhadap kehidupan, dia menolak adanya eksistensi lain dari luar dirinya untuk lepas dari libidonya. Malas merupakan impementasi dari dirinya bahwa dirinya tidak mampu untuk mencintai hidup. Dia tidak ingin hidup, dan tidak pantas hidup, betapa malangnya para pemalas itu. Tapi libido harus dipenuhi, setidaknya untuk makan, untuk itu mereka menjadi kapitalis, mereka membunuh para pengganggunya dengan cara-cara licik, memfitnah, menjelekan orang lain dan sebagainnya agar libidonya terpenuhi. Libido bisa berarti sikap iri, karena iri itu membakar, dan melupakan dirinya sendiri untuk bisa mencintai hidup, dia membenci orang, pada akhirnya dia sendiri hanyalah orang yang membenci kehidupan dan tidak mampu mengafirmasi kehidupan karena tertutup oleh libido tadi. Dia terjajah oleh uang, uang yang membuatnya malas dan telah menutup matanya untuk bisa mencintai hidup, dia telah teralineasi dan dia telah runtuh.
Pada akhirnya semua orang memiliki libidonya, mereka ditarik oleh para penguasa yang berlibido itu hingga tidak mampu berfikir jernih, bahwa dirinya telah dijajah oleh kemalasan dan dia telah menjadi seorang penghasud untuk mendapatkan libidonya (libido seperti sang penguasa). Dia tidak lagi bisa mencintai hidupnya, lalu dia mengujarkan beragam kebencian, fitnah, dan hasud. Hingga akhirnya kita menyadari bahwa segala masalah di dunia ini bermula dari kita tidak bisa mencintai hidup.
Comments
Post a Comment