Posts

Showing posts with the label Soekarno

Membaca Soekarno#4

Membahas Soekarno memang awalnya menarik, bagaimana kita bisa melihat beragam pemikir dunia yang di bendel melalui tulisannya. Sebuah methode untuk keliling dunia secara murah. Cukup dengan membayar sejumlah uang kita bisa melakukan ziarah perjuangan beragam masyarakat di dunia. Mulai dari Kemerdekaan Indonesia, Filiphina, India dan sebagainya. Beragam kekuarang barat dan kelebihannya tersaji dalam analisanya. Hanya saja cukup membosankan karena tulisan Sukarno mulai mudah untuk di tebak. Jika pada awal membaca anda akan terkesima bagaimana pemikiran Soekarno yang kaya. Tapi pada pertengahan seolah pemikirannya itu telus berulang. Tidak enak untuk dibaca linear untuk sekali selesai, alias membosankan. Sebenarnya tulisan ini bukan beride dari Soekarno, tapi dari Emha Ainun Najib. Terkadang saya mengalami kegelisahan yang memerlukan jawaban, tapi jawaban cepat yang ingin diselesaikan justru terkadang menimbulkan pertanyaan baru dan lebih susah untuk diselesaikan. Emha alias Cak Nun menga...

Membaca Soekarno #3

Mungkin sepertinya Soekarno salah membaca Hegel, atau mungkin saya yang salah membaca Hegel. Walaupun salah membaca setidaknya Soekarno juga memiliki tafsiran sendiri tentang Filsafat Roh milik Hegel. Sepengatahuan saya roh yang ingin dijelaskan oleh Hegel adalah esensi dari pengetahuan (Geistwissenschaft). Sementara Roh yang ingin dijelaskan oleh Soekarno adalah semangat pada jiwa. Dengan berlandaskan juga pandangan Soekarno pada pemikiran Roussou. Soekarno ingin menjelaskan bahwa tidak akan terjajah seseorang jika Geest (bahasa belanda bahasa hegelnya sebenarnya Geist) dari orang yang tidak terjajah. Soekarno ingin menjelaskan bahwa pembangunan mental merdeka itu penting. Saya tidak tahu apakah itu merupakan sebuah ide juga yang digagas oleh Menteri Pendidikan sekarang yaitu Nadiem Makarim, tapi kontext merdeka dari apa yang dibawakan oleh Soekarno lebih cenderung untuk menolak sistem permodalan karena imperialisme dan kapitalisme bersifat menindas. Sebaliknya kebijakan dari Nadiem M...

Membaca Soekarno #2

 Indonesia kian melarat karena nilai pertumbuhan pendudunya selalu positif. Ini menimbulkan beragam krisis di Indonesia. Soekarno telah menyadari ini sejak dahulu. Ada gempuran modal dari asing yang mencoba untuk menyelamatkan krisis ini. Sebagai post-moderinsme komunisme dinilai kurang mumpuni untuk mengatasi krisis ini. Infrastruktrur yang dibangun justru mengurangi lahan produktif seperti pangan. Lalu solusi apa yang perlu dilakukan, Jika memang krisis itu terjadi mengapa ada orang yang berlebih makanan contoh seperti penjual makanan yang tidak habis terjual. Masalah ini sebenarnya tidak bisa diselesaikan dengan mengakar dengan pandangan KM apalagi David Ricardo.  Pandangan yang paling cocok untuk mengatasi jumlah yang selalu positif sebenarnya muncul dari Jurgen Habermas. Dengan melihat bahwa setiap manusia memiliki potensi, yang terejawantahkan dalam Suprastruktur kesadaran. Pembangunan sumber daya manusia lebih menjanjikan dari pada pembangunan di sektor eknomi menengina...