Membaca Soekarno #3
Mungkin sepertinya Soekarno salah membaca Hegel, atau mungkin saya yang salah membaca Hegel. Walaupun salah membaca setidaknya Soekarno juga memiliki tafsiran sendiri tentang Filsafat Roh milik Hegel. Sepengatahuan saya roh yang ingin dijelaskan oleh Hegel adalah esensi dari pengetahuan (Geistwissenschaft). Sementara Roh yang ingin dijelaskan oleh Soekarno adalah semangat pada jiwa. Dengan berlandaskan juga pandangan Soekarno pada pemikiran Roussou. Soekarno ingin menjelaskan bahwa tidak akan terjajah seseorang jika Geest (bahasa belanda bahasa hegelnya sebenarnya Geist) dari orang yang tidak terjajah. Soekarno ingin menjelaskan bahwa pembangunan mental merdeka itu penting.
Saya tidak tahu apakah itu merupakan sebuah ide juga yang digagas oleh Menteri Pendidikan sekarang yaitu Nadiem Makarim, tapi kontext merdeka dari apa yang dibawakan oleh Soekarno lebih cenderung untuk menolak sistem permodalan karena imperialisme dan kapitalisme bersifat menindas. Sebaliknya kebijakan dari Nadiem Makarim justru mengusahakan bahwa mahasiswa harus siap bekereja diperusahaan. Yah memang background pendidikan Nadiem Makarim memang bisnis pasti mendukung kapitalisme dan imperialisme, walaupun bertentangan dengan undang-undang. Tapi saya pikir Nadiem Makarim masih bisa berkembang. Walaupun memang menteri bukan jabatan main-main, tapi memang ada jabatan yang bukan main-main? Mungkin Nadiem Makarim harus membaca karya Jurgen Habermas dan Herbert Mercuse untuk bisa memberikan kebijakan yang lebih sesuai dengan cita-cita negara.
Soekarno juga membahas tentang feminisme. Dia mengungkapkan bahwa di Cina, di Jepang, penghargaan akan wanita masih buruk. Apalagi di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa Agama Islam telah mengajarkan tentang feminisme seperti cerita tentang Dewi Fatimah yang sering ikut berunding dalam masalah-masalah penting, atau seperti Zubaidah istri dari Harun Ar-Rasyid yang menyumbangkan sebagian uang untuk pembangunan Jembatan di masanya. Menurut Soekarno penghargaan akan wanita yang kurang juga dikarenakan sikap keagamaan yang masih kolot di masyarakat Indonesia.
Tentang Nasionalise, Soekarno memang founding fathers dari Partai Nasionalisme tapi ada beberapa perbedaaan antara nasionalisme Indonesia dengan Nasionalisme Barat. Nasionalisme barat cenderung lebih menyerang keluar, sedangkan Nasionalisme Timur masuk kedalam. Artinya, nasionalisme adalah sikap rasa menerima dan bertindak dalam bakti.
Comments
Post a Comment