FPP vs Salafi
Dua hari yang lalu aku melihat ada orang berseragam pembela pancasila yang berteriak di jalan rame-rame di depan toko buku salafi. Sebagai seorang mutan karena saya sendiri seorang yang pernah ngaji sama salfi dan juga ngaji di pesantren, bahkan ngaji di salihara. Konflik kalangan bawah seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi. Toko buku diserang pembela pancasila, yang saya cek bukunya memang berisi kitab dari Ibnu Qoyim dsb, tapi saya juga menemukan karya imam Ghozali yang berjudul Minhajul Abidin kedua buku tersebut pernah saya baca di pesantren 6 tahun yang lalu. Sayangnya tidak ada yang signifikan dari konten tersebut, baik dari Ibnu Qoyyim ataupun Imam Ghazali memiliki karakteristik yang hampir sama, keduanya membahas tentang beragam penyakit jiwa dan penyelesaian secara fiqih.
Apakah kitab tersebut anti pada pancasila, jelas Ibnu Qoyim tidak tahu tentang pancasila waktu dia menuliskan kitab Madarijus Saliqin. Ataupun Imam Ghozali, bahkan Rumi sekalipun yang sering diagungkan sebagai bahasa persatuan juga tidak mungkin anti pancasila. Karena istilah itu belum lahir sebelum mereka menuliskan kitab itu.
Lalu apa yang salah dengan bejualan buku, Apa yang salah dengan salafi? waktu saya masuk kedalam toko buku itu mereka rajin membaca buku. Salahkah kita beragama?
Garis Keras, mau garis keras atau ringan, kita belajar dari Yunani Klasik misalkan yang memisahkan nilai dibawah naungan Kuil Athena yang menganggap semua sederajat dan inteletual sama dan diluar itu kita menjadi lain. Perbudakan kemudian dilanjutkan kembali. Manusia kembali menjadi manusia yang tidak bebas. Tapi itu masih lebih baik karena kaum athena masih mau berusaha untuk mencari cara untuk mencari kebenaran, walaupun hanya di dalam athena. Misalkan kita belajar dari kasus gangguan toko buku, dimana orang belajar didalam toko buku itu. Dia sedang mencoba untuk mencari kebenaran, dari agamanya, dia terus menguji dirinya dan agamanya dengan bedialektika dengan buku.
Bukankah agama seperti itu, memisahkan dari orang solat di masjid dengan orang makan di warteg. Salahkah tiap salafi yang mencoba untuk "mendekatkan diri dengan tuhannya" dengan membaca. Apalagi kalau saya mau masuk harus ijin dulu karena dikunci?
Apakah kitab tersebut anti pada pancasila, jelas Ibnu Qoyim tidak tahu tentang pancasila waktu dia menuliskan kitab Madarijus Saliqin. Ataupun Imam Ghozali, bahkan Rumi sekalipun yang sering diagungkan sebagai bahasa persatuan juga tidak mungkin anti pancasila. Karena istilah itu belum lahir sebelum mereka menuliskan kitab itu.
Lalu apa yang salah dengan bejualan buku, Apa yang salah dengan salafi? waktu saya masuk kedalam toko buku itu mereka rajin membaca buku. Salahkah kita beragama?
Garis Keras, mau garis keras atau ringan, kita belajar dari Yunani Klasik misalkan yang memisahkan nilai dibawah naungan Kuil Athena yang menganggap semua sederajat dan inteletual sama dan diluar itu kita menjadi lain. Perbudakan kemudian dilanjutkan kembali. Manusia kembali menjadi manusia yang tidak bebas. Tapi itu masih lebih baik karena kaum athena masih mau berusaha untuk mencari cara untuk mencari kebenaran, walaupun hanya di dalam athena. Misalkan kita belajar dari kasus gangguan toko buku, dimana orang belajar didalam toko buku itu. Dia sedang mencoba untuk mencari kebenaran, dari agamanya, dia terus menguji dirinya dan agamanya dengan bedialektika dengan buku.
Bukankah agama seperti itu, memisahkan dari orang solat di masjid dengan orang makan di warteg. Salahkah tiap salafi yang mencoba untuk "mendekatkan diri dengan tuhannya" dengan membaca. Apalagi kalau saya mau masuk harus ijin dulu karena dikunci?
Comments
Post a Comment