Kekalahan Dewa Kipas
Kemarin dewa kipas telah kalah dari GM Irene Sukandar, seprtinya pembukaan dari Dewa Kipas terlalu terburu-buru, keduannya mendapatkan sejumlah uang totalnya 300jt. Tapi ada hal yang menarik dari sana, selain GM Chelsie Monica.
Hari ini saya ingin membuat sebuah perusahaan, namun apa yang harusnya saya persiapkan untuk membuat sebuah perusahaan yang bagus, jelas yang pertama adalah sebuah produk dan kayaknya harus ada beberapa produk yang mungkin akan digunakan sebagai methode untuk mengerti sebuah perusahaan disana.
Besok saya mencoba untuk membuat sebuah desain untuk membangun sebuah perangkat usaha, oke pertanyaan saya dimulai lagi. Haruskah saya mempelajari philosophy of enterpreneurship? Saya masih mencari judul buku untuk memulai konstruksi ini.
Saya masih bingung untuk menginfestasikan yang dan waktu saya agar lebih efektif kedepannya. Banyak ide tentang apa yang harus saya lakukan berikutnya, mungkin saya harus list :
- Menyusun bussiness canvas untuk proses development yang lebih jelas.
- Memulai pengerjaan untuk beberapa project.
- Menyusun tema enterprenuership.
- Menyusun arsitektur permainan, seperti desain user yang mau dituju.
Menulis Buku
Sudah lama saya ingin membuat sebuah buku dan kali ini saya diberi kesempata untuk melakukan itu. Lalu apa yang akan saya tulis di buku itu? Pertanyaan masih banyak dan menarik kenapa aku tidak seperti hari biasanya?
Kau tahu apa yang anda pikirkan tentang itu, aku hanya kepengin menginstall emacs yang menkonversi org mode menjadi sebuah editor untuk buku.
Tapi dari beragam tema lalu apa yang ingin saya tulis dalam buku saya. Ada beberapa hal yang mungkin bisa ditulis dalam buku saya. Saya mencoba untuk mengerti bagaimana cara untuk mendapat ide untuk ditulis? Apakah itu tentang postmoderenisme apakah itu tentang teknologi, atau tentang politik atau tutorial biasa. Atau hanya sekadar diari dan surat cinta? Atau mungkin itu tentang enterpreneurship? Aku rasa semuanya itu ampas? Atau ngatasi traumatik yang dalam juga ? Atau mungkin bikin novel kayak nietzsche yang revolusioner? Lalu siapa yang mau baca tulisan sampah dari saya?
Iya saya harus menjadwalkan jam-jam tertentu untuk meningkatkan kemampuan saya dalam memahami buku dan menulisnya. 1 Jam membaca buku dan 1 jam untuk menulis, pastinya saya harus menulis dulu sebelum membaca agar pikiran saya tidak terpengaruhi oleh bacaan yang saya baca. Lalu tentang desain menulis apakah itu penting bagi kita untuk mengerti gimana caranya untuk bisa memahami apa yang penting dan tidak. Beberapa tulisan yang tulis pada laman ini sebagian adalah tulisan yang tidak saya sadari tulisannya makanya kalau kalian membaca mungkin akan menjadi bingung dengan tulisan saya untuk itu jangan baca tulisan saya.
Gosip hari ini
Hari ini indonesia mungkin belajar bagaimana cara menghancurkan berhala atau idol dari dalam diri mereka. Kekalahan Dewa Kipas seolah modelkan apa yang ada dalam pikirian Nietzsche, ketika banyak pemuda Mesir yang ingin menelanjangi kebenaran akan dewa yang dia sembah kemudia dia bersikap tidak sopan dengan kondisi itu kemudian mereka mendapati tidak mendapatkan apa-apa. Mereka menyadari kegelisahan Nihilisme, kekecewaan akan kebenaran yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka atau tetap memuja dewa dengan bersikap sopan padanya untukt tidak terlalu menelanjangi beliau. Peresaan nihilisme yang sama dirasakan para pemuda mesir dan pengidola sang dewa kipas. Ada yang masih tetap disana ada yang kemudian gelisah akan hilannya panutan mereka. Tapi geneology moral tidak melayakan pernyataan untuk sopan, dia tegas sombong untuk dengan mencintai.
Beberapa buku mungkin menarik untuk dibaca tentang pedagogi, kita belajar bagaimana cara untuk bisa menerima dan diterima, tapi terkadang juga tidak. Mungkin dia seorang nihilis sejati yang tak perlu pandangan dari luar dirinya hingga dia tetap tidak memerlukan keterikatan pada dunia yang fana ini.
Sekolah di luar negeri? Perlukah?
Apakah sekolah diluar negeri itu perlu? Mungkin itu pertanyaan kedengkian kita pada orang yang bisa sekolah di luar negeri atau mungkin memang itu pertanyaan yang muncul dari pikiran bahwa sekolah diluar negeri itu memang tidak perlu? atau itu memang hanya pertanyaan? Saya lebih setuju bahwa itu memang hanya sekadar penyataan. Lalu apa yang perlu kita pahami akan takdir yang tidak aneh ini? Kita lihat dimasalalu bangsa indonesia lah yang sering bepergian ke luar negeri dan pulang membawa idiologi baru sepertinya itulah yang mengakibatkan masalah di negeri ini, orang yang ke luar negeri, Kita sadar bahwa ada beragam sejarah yang menunjukan bahwa nenek moyang kita sering bepergian ke luar negeri dan beberapa desain kapal luar negeri mengikuti desain orang indonesia? Lalu kenapa bangsa kita terpuruk? Sebernarnya pertanyaan dari kenapa bangsa kita terpuruk bisa dipertanyaakan lagi, tapi kita anggap benar pertanyaan itu mungkin karena nenek moyang kita tidak kurang bisa menyeleksi budaya luar untuk bisa diseleksi di nusantara. Lalu, bolehkah kita bertanya munkginkah bangsa kita tertinggal karena pada jaman dahulu nenek moyang kita terlalu banyak kuliah di luar negeri kemudian ternyata pendidikan mereka diluar negeri tidak sesuai dengan yang ada di Nusantara, akhirnya bangsa ini menjadi tidak besar seperti Dahulu?
Comments
Post a Comment