Mencintai Takdir
Dia menari dalam lantunan suara orchestra itu. Aku hanya duduk menikmatinya. Dia mengguakan lingerie berwarna cream. Lantai dari kayu membuat suasana ini menjadi tidak biasa. Dia terus menari dan aku hanya menanggukan kepala mengikuti orchestra itu. Tempat ini hanya kita berdua, ayo kita menari sayang.
Wanita itu namanya takdir. Dia menari dengan penuh gairah. Kadang kita terlalu lancang padanya, dan kemudian kita mendapatkan rasa sakit atas konsekuensi ketidak sopanan kita. Tapi dia akan tetap seperti itu, indah dalam menari. Beragam upaya untuk mencintai dilakukan, bukan karena menginginkan takdir itu, tapi karena kita telah bersama dalam takdir itu.
Kita telah melantunkan beragam macam pujian. Hai takdir yang indah. Engkau begitu keras, lembut, dan menggairahkan. Kau tetap indah dalam tarian itu.
Comments
Post a Comment