Mengapa Agama menjadi Masalah?
Mungkin Di Bawah Bendera Revolusi masih terlalu banyak cacat untuk dikritik, baik dari segi tafsiran Soekarno pada Filsafat Barat, atau tafsirannya pada Imam Ghozali. Apakah saya merasa pintar dengan pikiran ini? Jelas iya. Dalam pikiran saya, Soekarno saja yang menafsirkan filsafat Barat dan Timur Tengah seperti itu bisa menjadi Presiden Indonesia, apalagi saya, yang tafsirannya lebih bagus, lebih bisa dipertanggungjawabkan, untuk menjadi Presiden Indonesia 5 periode kayaknya terlalu mudah. Ha ha ha, Bukan begitu sih, tujuan dari penulisan ini.
Oke kembali ke topik mengapa Agama menjadi masalah, setidaknya kita sekarang menghadapi beragam konflik agama, baik antara Islam dengan Islam di timur tenggah antara Fatah dan Hamas. Islam Yahudi di Palestina. Bahkan Islam dan Nasionalisme di Indonesia. Iya karena kita akan menganalisa pake pikirannya Soekarno jadi mungkin kita mulai dulu dengan menganalogikan agama sebagai nasionalisme.
Pada era perang dunia. Nasionalisme juga menjadi masalah, seperti pandangan orang Jerman yang menganggap orang Inggris tidak revolusioner. Atau bahkan konflik antara negara hingga perang benar benar terjadi. Lalu bagaimana itu bisa diselesaikan secara intelektual oleh pemikir di Jaman itu? Beragam tulisan yang ditampilkan semasa perang sangat beragam ada yang menganggap bahwa politik itu seperti kondisi polis dimana kita perlu menggembalakannya hingga dia dibawa keranah "realitas", perang telah merusak makna politik itu sendiri karena mencampur adukkan antara ekonomi dan Politik, Hannah Arendt berargument bahwa Ekonomi adalah bentuk anti Politik.
Soekarno menyelesaikan permasalahan itu dengan berargument bahwa Nasionalisme di Indonesia itu kedalam, artinya menerima dengan sepenuh hati sebagai bangsa dan menjalaninya dalam bakti. Al hasil Indonesia menyarankan kemerdekaan untuk semua bangsa. Dia mengkritik pandangan Nasionalisme Barat yang cenderung keluar dan hasilnya beragam peperangan terjadi. Sekalipun terjadi konflik di Irian Barat dahulu, sikap politik anti penjajahan Soekarno mengusahakan Irian Barat masuk dalam bagian Indonesia sebagai cara membebaskan Irian, walaupun sampai sekarang hal itu berubah-ubah karena kepemimpinan juga berubah, halauan negara juga disesuaikan. Mungkin kita harus mengkaji kembali dan menilai lagi bahwa Irian adalah benar-benar bagian dari diri Kita, dengan menerimanya dengan sepenuh hati dan bekerja dalam bakti untuk membebaskan papua itu sendiri, bukan sebagai sesuatu diluar diri kita. Membebaskan bukanlah dengan kekerasan tapi afirmasi dalam cinta,
Bisakah pandangan Soekarno menyelesaikan Konflik diatas. Perang antara agama, agama dengan nasionalisme, atau agama- dengan nasionalisme. Menurut pandangan Soekarno, cukup jelas bagi saya untuk meniliai agama ataupun nasionalisme atau isme yang lain sebagai methode kita untuk mengafirmasi diri kita yang sesungguhnya dan membuat kita bekerja dalam bakti. Bukan Nasionalisme seperti barat yang keluar dan aggresive, atau Agama-isme seperti timur tengah yang keluar agresive tapi isme yang kedalam yang mengafirmasi kita entah sebagai bangsa, agama, atau isme yang lain.
Comments
Post a Comment