Sitar pergi ke Pasar Onlen
* Disclaimer tokoh dalam cerita ini hanya tokoh fiksi.
Siter pergi ke pasar Online. Namun, tidak seperti kebanyak orang pergi ke pasar online untuk menjual baju atau kosmetik. Siter ingin menjual propaganda, dia berharap bahwa pandangannya akan demokrasi bisa disampaikan melalui platform media sosial.
Mungkin Siter berfikir bahwa platform media sosial bisa dianggapnya seperti sebuah kota Polis yang pernah ada di zaman Yunani kuno. Kita melihat bahwa setiap komentar yang dituliskan pada jejaring sosial bisa dilakukan dengan mudah, layaknya demokrasi era Yunani Kuno. Siter mungkin lupa walau mungkin dia bisa berfikir bahwa platform media sosial dibuat untuk melakukan diskusi atau semacamnya namun ada otorisasi dari pembuatan kebijakan dari penentu media sosial.
Siterpun kemudian bertanya bagaimana jika kita meletakan batasan-batasan polis yang telah dilakukan di jaman yunani kuno untuk diletekan di platform media sosial? Iya mungkin bisa saja menurut pandangan si Martin, tapi pandangan dari Nirwan Dewanto menegaskan bahwa platform dari media sosial memiliki klaster-klaster sosial yang tidak seperti menurut pandangan dari jamam Yunani Kuno. "Tapi tanpa pengklasteran apakah kita bisa menyebut kota Polis sebagai kota Polis?" Siter berbalik bertanya pada Nirwan Dewanto.
Comments
Post a Comment