Bencana Passion dan Kritik Seni pada Gunawan Muhammad
Iya Passion adalah bentuk dekadensi, kita memang dianjurkan untuk menjalani kehidupan dengan bergairah seperti ungkapan Nietzsche, begitulah cara mencintai hidup.
Film menjadi salah satu bahsan penting dalam karya intelektual (katanya), saya jadi ingat ungkapan Gunawan Muhammad yang mengkritik karya seni bela diri karena dia mengganggap bahwa Seni Bela diri bukan seni. Saya mungkin sedikit berfikir lagi, jika beliau melihat bahwa seni bela diri merupakan produk masal seperti karya perang yang tidak bisa menimbulkan ke-tak-terdugaan, maka kali ini saya mencoba menguji statement dari Gunawan Muhammad.
Apakah tidak ada gerakan tak terduga untuk mengalahkan musuh? Apakah gerakan tidak terduga seperti itu tidak masuk dalam kondisi ketakterdugaan.
Kita melihat bahwa seni beladiri juga merupakan susunan dari kinestetis, artinya itu sebuah produk koreografi juga, tapi apakah kritik dari Gunawan Muhammad. Apakah karena perangkat perang, kita akan melihat sebagai sesuatu yang tidak dianggap sebagai karya seni?
Tapi kita melihat pada kasus era penjajahan bahwa karya seni berupa puisi-pun juga dikategorikan sebagai karya seni walaupun berisi pada propaganda perang.
Secara Ketakterdugaan dan Produk, atas argument apa Pak Gunawan Muhammad mengkritik itu.
Comments
Post a Comment